Pertikaian presiden versus parlemen diliput media secara luas dan untuk pertama kalinya disiarkan langsung oleh televisi Indonesia. Buku ini pun membahas bagaimana media Jakarta meliput hari-hari diturunkannya Presiden Abdurrahman Wahid.
Isi berita kadang tidak sepenuhnya menggambarkan yang sesungguhnya terjadi, tetapi bersifat subjektif dengan kepentingan-kepentingan pihak tertentu. Buku yang menyoroti pemberitaan di masa-masa pelengseran Presiden Gus Dur ini menunjukkan bahwa sebenarnya berita penuh dengan pertarungan ideologi.
Gus Dur yang lekat dengan humor tidak hanya merepresentasikan sosok pemimpin dunia, tetapi juga kiai, akademisi, pemikir, budayawan, dan santri. Humor-humor yang dilontarkan Gus Dur sebagai representasi kiai dan santri menunjukkan bahwa khazanah humor di lingkungan NU dan pondok pesantren sangat kaya.